Meski Kasus Meningkat, Ketersediaan Tempat Tidur di Sumut Aman

Medan, SUMUT90 Dibaca

MEDAN, WARTATODAY.COM – Meski kasus Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut) mulai meningkat signifikan belakangan ini, keterisian tempat tidur masih relatif aman atau rendah. Hingga saat ini Keterisian Tempat Tidur (BOR) di rumah sakit dan isolasi terpusat hanya sebesar 14,07 persen.

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi menyampaikan hal iyu saat mengikuti rapat koordinasi evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Luar Jawa Bali secara virtual di kediamannya, Jalan Pantai Bunga, Deli Tua, Deliserdang, Minggu (13/2/2022).

Per tanggal 12 Februari kasus konfirmasi positif bertambah 955 kasus, sehingga kasus aktif di Sumut sebesar 4.728 kasus.
Sedangkan untuk keterisian tempat tidur di rumah sakit dan isolasi terpusat, dari kapasitas total seluruh Sumut sebanyak 2.215 tempat tidur, hanya ada 73 orang yang dirawat. Sementara orang yang menjalani isolasi mandiri sebanyak 4.486 orang.

“Keterisian rumah sakit relatif terkendali, tingkat keterisian atau BOR hanya sebesar 14,07 persen, masih jauh di bawah ambang maksimal yang dianjurkan WHO yaitu 60 persen,” jelas Gubernur.

Selain kamar atau tempat tidur, ketersediaan oksigen di Sumut juga aman. Sumut memiliki ketersediaan sebanyak 49.843 meter kubik oksigen, sementara kebutuhan saat ini baru mencapai 10.889 meter kubik per hari.
Untuk capaian vaksinasi di Sumut, dosis pertama sudah mencapai 90 persen, dan dosis kedua sudah memasuki angka 60 persen. Namun hingga kini baru 12 kabupaten/kota saja yang capaian dosis keduanya sudah di atas 70 persen.

Edy Rahmayadi juga melaporkan sudah membuat edaran kepada kepala daerah di 33 kabupaten/kota mengenai 10 langkah antisipasi lonjakan kasus Covid-19.
Di antaranya, menghentikan Pembelajaran Tatap Muka apabila hasil surveilans di sekolah sudah mencapai di atas 5 persen.

Kemudian melaksanakan Swab RT-PCR bagi pelaku perjalanan dari DKI Jakarta, Jawa dan Bali di bandara, pelabuhan, dan terminal bus. Serta mengaktifkan isolasi terpusat untuk pasien yang tidak memenuhi syarat klinis dan rumah.

Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan puncak kasus Civid-19 pada dua hingga tiga minggu ke depan akan pindah ke luar Jawa dan Bali. Untuk itu pemerintah daerah perlu melakukan beberapa hal. Di antaranya mempercepat vaksinasi.

Berdasarkan pengalaman di Jawa dan Bali, orang-orang dengan gejala berat biasanya orang yang kurang lengkap vaksin yang dan memiliki komorbid. “Vaksiansi dosis kedua, ketiga ini untuk terus didorong terutama lansia dan komorbid,” kata Airlangga.

Airlangga juga meminta kepala daerah agar mengimbau masyarakat agar terus menjalankan protokol kesehatan di setiap kegiatan. Serta juga penggunaan aplikasi peduli lindungi juga harus didorong.

Ia juga mengharapkan kepala daerah agar mendorong orang tanpa gejala atau gejala ringan untuk isolasi mandiri di rumah.
Untuk itu, ketersediaan obat obatan sangat penting dan harus dipersiapkan. Menteri Kesehatan akan menyiapkan telemedisin yang akan dikembangkan di seluruh kota kota terutama yang aglomerasi.- (rel/hms)

print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *