Bupati Sergai : Sistem Zonasi Haji Serasa di “ Kampung Sendiri”

SAUDI ARABIA, WARTATODAY.COM – Terkait dengan pelaksanaan ibadah haji, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI telah menerapkan sistem zonasi untuk mengatur ratusan ribu jemaah calon haji asal Indonesia, demikian disampaikan Ketua TPHD Kloter 7 embarkasi Medan Ir H Soekirman yang juga menjabat sebagai Bupati Serdang Bedagai (Sergai) kepada Kadis Kominfo Drs H Akmal, M.Si melalui WhatsApp langsung dari Makkah Arab Saudi, Selasa (30/7/2019) malam.

Soekirman menerangkan bahwa penerapan zonasi ini akan lebih mempermudah bagi jemaah haji Indonesia misalnya dalam hal bahasa, budaya dan adat istiadatnya, karena dapat dikumpulkan dalam satu tempat. Hal ini juga akan lebih memudahkan para petugas untuk memberikan maupun menyediakan makanan khas daerah dengan konsep cita rasa nusantara.

Penginapan (pondokan) dengan sistem zonasi membuat rasa Indonesia sangat kental sehingga persaudaraan haji sangat mudah untuk terjalin di sana. Demikian halnya yang dirasakan calon haji Kloter 7 asal Sergai, Tebing Tinggi, Binjai dan Nias. Meskipun jauh dari Masjidil Haram, namun tidak ada masalah karena tersedianya shuttle bus salawat yang melayani sampai 24 jam.

Lebih rinci lagi disampaikan Soekirman, dari Makkah al Mukaromah, bagi yang sudah pernah berhaji, dapat membandingkan dengan sistem zonasi saat ini. Tentu lebih mudah dan nyaman dengan sistem zonasi, seolah kita berada di Indonesia, atau daerah sendiri. Terdapat juga toko yang menyediakan bahan pokok dan berbagai kebutuhan termasuk oleh-oleh.
“ Semua toko tersebut diberi merk “ Toko Indonesia” bahkan ada yang mengibarkan bendera merah putih juga,” kata Soekirman.

Seperti halnya dengan Kloter 7 lanjutnya, yang berlokasi di Syisyah tepatnya di Hotel Rehab al Mahabbah Maktab 117 dengan 15 lantai yang dihuni selain Kloter 7 juga ada Kloter Medan, disebelahnya hotel di Maktap 116 Kloter Medan dan Simalungun, di depan 115 Kloter Padang Sidempuan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan di belakangnya 111 dari Sumatera Barat. “ Intinya sekitar pondokan, zonasi Sumut berdekatan sehingga suasananya seperti dikampung sendiri, kata Soekirman penuh semangat.

Seperti “Toko di Indonesia”
Lebih lanjut diceritakannya bahwa hal menarik lainnya bahwa semua pemondokan selalu dilengkapi dengan Toko Indonesia yang menjual barang-barang kebutuhan seperti layaknya dinegeri kita. Bagi jemaah yang ingin masak sendiri bisa membeli beras pandan wangi atau jasmin R6/kg, sambal terasi R15/botol, tomat R 6/kg, cabe merah/hijau R 10/kg, kerupuk R 5/bungkus, pisang ambon R10/kg, Popmie R 5/gelas, dan banyak lagi yang ditawarkan seperti obat-obatan minyak angin, tolak angin, dan lainnya.

Kemudian lanjutnya, bagi yang tidak suka masak sendiri di Restoran Indonesia juga tersedia, lontong, soto madura, bakso, nasi campur, nasi pecal, rata-rata R 12/porsi, teh manis panas R 2/gelas, juice mangga, lemon R 3/porsi. Semua serasa menu di kampung sendiri, ujarnya penuh semangat.
Ditambahkan Soekirman, bagi yang suka jatah makanan dari daker Kemenag sudah cukup lezat dengan menu nasi, dàging atau ayam goreng, dan ikan, telor dadar, serta sayuran biasnya terong, sambel tempe dan brokoli.

Masing-masing jemaah biasanya diberi 1 kotak dengan isi teh, kopi, gula dan 1 gleas utk buat sarapan pagi, air panas tersedia di dispenser masing-masing level hotel.
Diakhir laporannya Bupati Soekirman yang penuh semangat menjalankan tugasnya sebagai TPHD kembali menguraikan bahwa pondokan zonasi hampir semuanya ada Masjid local yang diperuntukan bagi Jemaah yang akan melaksanakan sholat fardu, ada pula tausyiah Tuan Syekh dari Arab Saudi yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Sementara itu untuk kapasitas Masjid masing-masing Maktab berkisar 500 orang termasuk perempuan di lantai atas. Dekatnya Masjid sekitar 20 M dari pondokan. Hal ini sangat membatu bagi jemaah yang tidak pergi ke Masjidil Haram. Sedangkan bagi para jemaah yang ingin pulang dengan membawa oleh-oleh seperti kurma Nabi, sajadah, pernak pernik, jam tangan, batu cincin, baju gamis, topi lobe, tasbih, mainan anak, dan lainnya semua tersedia di took-toko Indonesia. Umumnya pemilik toko orang Arab tetapi bisa berbahasa Indonesia, demikian di laporkan dari Makkah melalui Ketua TPHD Ir H Soekirman.(ARM)

print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *