Wali Kota Buka Pelatihan Jurnalistik Wartawan Unit Pemko Tebingtinggi

Tebing Tinggi37 Dibaca

TEBINGTINGGI, WARTATODAY.COM – Wali Kota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan, buka pelatihan jurnalistik Wartawan Unit Pemko Tebingtinggi Tahun 2020, di Gedung Balai Kartini Jalan Gunung Lauser, Kota Tebingtinggi, Selasa (8/12/2020).

Pelatihan yang diikuti 116 wartawan Media cetak, elektronik dan siber yang tergabung di wadah Unit Pemko tebingtinggi itu, menghadirkan narasumber Dekan Fisipol UMSU Medan DR Arifin Saleh Siregar, Drs Muhammad Syahrir dari PWI Sumut serta Kadis Kominfo Tebingtinggi Dedi Parulian Siagian.

Wali Kota Tebingtinggi dalam arahannya berpesan agar Jurnalis senantiasa menghindari berita hoaks, ” Berita yang di tulis Wartawan harus bisa dipertanggung jawabkan dan berita itu jangan hoax seperti saat ini banyak muncul di media sosial,” kata Umar Zunaidi.

“Mengapa harus ada Kompetensi wartawan, karena wartawan harus bisa menggali tulisannya dengan baik sesuai dengan narasumber dan tulisannya bisa dipertanggung jawabkan, karena bukan penyajian berita yang mengandung unsur kebohongan,” sambungnya.

Menurut Wali Kota, saat ini banyak penyajian berita yang mengandung unsur hoax, terutama di Media Sosial (Medsos), karena berita yang ditampilkan hanya pendek, dalam pemberitaan itu, belum tentu ada kebenarannya, tetapi masyarakat sebagai pembaca masih banyak terprovokasi dengan berita hoax tersebut, sehingga bisa memancing kesatuan NKRI.

“Selain Medsos, ada juga media cetak, media eletronik dan media siber, jadi biasanya berita yang disajikan itu tidak hoax. Tetapi, untuk Medsos, berita yang beredar banyak berita bohong, berbeda denga media cetak, elektronik dan siber yang penyajian beritanya lengkap sehingga para pembaca paham betul dengan isi berita yang di bacanya,” sebut Wali Kota.

Pada kesempatan itu, Ia juga meminta bahwa ada yang kita tulis benar, tetapi jika ada unsur perpecahan didalamnya, jangan tulis, karena bisa menyebakan perpepecahan dikalangan anak bangsa sepert berita yang menyajikan unsur Sara.

“Jangan katakan sejujurnya, tapi katakan yang sebaiknya. Benar belum tentu itu baik, karena bisa memecah perpecahan antar suku, jangan dijadikan polemik. Konsep pers harus menjujung nilai tinggi pada nilai kebangsaan, bukan kepentingan person dan mencari popularitas,” pesannya.- (js)

print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *